Oleh Wijiati, S.TP
Kepala SDIT Qurrota Ayun Ponorogo
|
Bagaimana sebutir padi bisa menginspirasi hidup kita? Begini ceritanya. Saat petani menyebarkan benih padi di persemaian, burung-burung mulai melirik untuk mematukinya. Kucuran hujan terkadang juga ikut menghanyutkan beberapa butir padi dari persemaian dan menyisakan butir-butir pilihan. Itu baru seleksi pertama.
Seleksi kedua, saat padi mulai tumbuh. Warnanya yang menghijau mengundang belalang, burung, ayam dan hama tanaman untuk mendekat dan mencicipinya. Kondisi cuaca, resistensi terhadap hama, juga faktor-faktor lainnya turut menentukan apakah padi akan tumbuh subur atau justru sebaliknya. Hingga saatnya berbunga dan berbuah, berbagai gangguan terus mengintai pertumbuhan dan perkembangannya. Alhamdulillah, beberapa seleksi sebelumnya akhirnya menumbuhkan padi yang bernas dan menguning. Seleksi padi ternyata tak berhenti sampai di sini.
Tiba masa panen, bahaya terus mengintai dari segala penjuru. Kadangkala butir padi tercecer di sawah saat petani mengeluarkannya dari mesin pengerek, memasukkannya ke karung dan membawanya ke tempat penjemuran. Sampai di tempat penjemuran, rupanya padi belum merasa aman. Gangguan datang silih berganti untuk menguji mana padi yang akan lolos ke seleksi selanjutnya. Hingga sampailah ia di mesin penggilingan, hanya padi-padi yang bernas saja yang akan menjelma menjadi beras. Padi yang kosong tak berisi akan hancur menjadi dedak. Lalu, butir-butir beras itu akan sampai ke tangan para ibu untuk diolah menjadi nasi yang lezat. Mendekati deadline hidupnya, saat pencucian pun terkadang butiran beras ada yang ikut hanyut terbawa air. Hingga saatnya tiba, padi meraih prestasi terbesar dalam hidupnya setelah melalui seleksi panjang yang melelahkan. Gabah menjelma menjadi nasi, ibaratnya seperti khairunnasi (sebaik-baik manusia), yakni manusia yang memberikan manfaat bagi yang lainnya.
Padi yang bernas dan menguning itu ibarat diri kita. Saat ayah menyebarkan benih ke rahim ibu kita, jutaan sperma bersaing untuk menggapai satu sel telur hingga mereka harus berjuang mati-matian untuk mendapatkannya. Setelah dibuahi, zigot akan tumbuh dan berkembang di dalam rahim ibu hingga saatnya tiba, kita menjelma di alam dunia ini sebagai pemenang dari seleksi panjang.
Dalam hidup ini, ujian terkadang datang silih berganti. Dalam menyikapinya, kita bisa belajar dari seleksi padi. Apapun ujiannya, kita tidak boleh menyerah. Hingga kita tampil sebagai pemenang di panggung kehidupan dan mengantongi gelar sebagai khairunnas. Mengutip perkataan Louis Zamperini, pelari jarak jauh yang menjadi tentara di Perang Dunia II.
I’d made this far (saya telah melakukan sejauh ini)
And refused to give up (dan menolak untuk menyerah)
Because all my life (karena selama hidup saya)
I’d finished the race (saya selalu menyelesaikan perlombaan)
(Louis Zamperini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar