![]() |
Oleh Wijiati, S.TP
Kepala SDIT Qurrota Ayun Ponorogo
|
Bagaimana sebutir padi bisa menginspirasi hidup kita? Begini ceritanya. Saat petani menyebarkan benih padi di persemaian, burung-burung mulai melirik untuk mematukinya. Kucuran hujan terkadang juga ikut menghanyutkan beberapa butir padi dari persemaian dan menyisakan butir-butir pilihan. Itu baru seleksi pertama.
Seleksi kedua, saat padi mulai tumbuh. Warnanya yang menghijau mengundang belalang, burung, ayam dan hama tanaman untuk mendekat dan mencicipinya. Kondisi cuaca, resistensi terhadap hama, juga faktor-faktor lainnya turut menentukan apakah padi akan tumbuh subur atau justru sebaliknya. Hingga saatnya berbunga dan berbuah, berbagai gangguan terus mengintai pertumbuhan dan perkembangannya. Alhamdulillah, beberapa seleksi sebelumnya akhirnya menumbuhkan padi yang bernas dan menguning. Seleksi padi ternyata tak berhenti sampai di sini.


Dalam hidup ini, ujian terkadang datang silih berganti. Dalam menyikapinya, kita bisa belajar dari seleksi padi. Apapun ujiannya, kita tidak boleh menyerah. Hingga kita tampil sebagai pemenang di panggung kehidupan dan mengantongi gelar sebagai khairunnas. Mengutip perkataan Louis Zamperini, pelari jarak jauh yang menjadi tentara di Perang Dunia II.
I’d made this far (saya telah melakukan sejauh ini)
And refused to give up (dan menolak untuk menyerah)
Because all my life (karena selama hidup saya)
I’d finished the race (saya selalu menyelesaikan perlombaan)
(Louis Zamperini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar