Ust. Sri Wiyanti, S.Pd |
Murid dalam pandangan islam adalah setiap manusia yang
sepanjang hayatnya selalu berada dalam perkembangannya. Pengertian ini
berdasarkan atas tujuan pendidikan islam yaitu, manusia sempurna secara utuh,
untuk mencapainya manusia berusaha terus menerus hingga akhir hayatnnya.
Dalam pendididkan islam, murid dipandang sebagai fisik
yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikologis. Hal ini
mengandung makna bahwa untuk mengembangkan dan menumbuhkan murid tersebut harus sesuai dengan karakteristiknya
yang dapat mengantarkan murid tersebut menjadi manusia yang matang baik secara
fisik maupun psikologisnya. Karakteristik (menurut Abu Dinata dan Fauzan)
tentunya memerlukan bimbingan dari orang yang lebih dewasa. Hal ini dapat
dipahami dari kebutuhan – kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap orang yang
baru lahir. Hal ini senada dengan firman Allah Ta’ala dalam Al- Qur’an Surat An
Nahl ayat 78 yang artinya : “ Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, Penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur “.
Berdasarkan Ayat diatas bahwa murid mempunyai karakteristik :
1.
Murid menjadikan Allah sebagai motivator utama dalam menuntut ilmu.
2. Senantiasa mendalami
pelajaran secara maksimal, yang ditunjang denagan pesiapan dan kesiapan mental,
ekonomi fisik dan psikis
3. Senantiasa mengadakan
perjalanan (rihlah; comparative study) dan melakukan riset dalam rangka
menuntut ilmu karena ilmu itu tidak hanya terdapat dalam satu majlis, tetapi
dapat dilakukan di tempat dan majlis-majlis lain
4. Memiliki tanggung jawab
5.
Ilmu yang dimilikinya dapat dimanfaatkan.
Berberapa aspek anak didik yang perlu diperhatikan dalam
pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Aspek pedagogis,Yaitu
memandang murid sebagai makhluk yang bisa di didik.
2. Aspek sosiologis,Yaitu memandang murid
sebagai makhluk yang mempunyai insting untuk hidup bermasyarakat.
3. Aspek tauhid, Yaitu memandang
murid sebagai makhluk berketuhanan.
Dengan demikian nampak jelas urgensi suatu karakter bagi seorang murid
terutama berkaitan dengan kesuksesan belajar mereka dalam mencari ilmu
pengetahuan yang bermanfaat dunia dan akhirat.
Karakter murid dapat
dibentuk menuju kesempurnaan. Oleh karena itu, perlu dibangun suatu lingkungan
yang bersih dan beradab, agar murid dalam menjalani hidupnya menuju kepada
pembinaan sifat-sifat positif. Walaupun pada awalnya murid adalah baik, namun
karena hidup dalam lingkungan yang tidak baik maka murid dapat mengalami
penyimpangan dan perubahan kepribadian sesuai dengan watak lingkungan itu
sendiri.
Hubungan guru dan murid dalam pandangan Islam
amat dekat sekali, Oleh karena itu tidak benar jika guru memandang muridnya
sebagai manusia yang bodoh atau hina. Maka harus sebaliknya guru memandang
muridnya sebagai manusia yang cerdas dan mulia yang dapat dididik dalam proses
perkembangannya. Begitu pula sebaliknya murid juga tidak boleh memandang guru
sebagai orang yang keras dan suka
memukul ataupun yang menghukum, melainkan seorang murid hendaknya memandang
guru sabagai manusia yang paling mulia karena mendidik ruh mereka.
Sekali lagi, hubungan antara guru dengan murid
amat “dekat” sekali, tetapi jalinan ini tidak boleh meniadakan “jarak” dan
rasa hormat murid terhadap guru. Wibawa harus senantiasa ditegakkan, namun
“keakraban” juga terjalin. Inilah seni jalinan yang harus diciptakan dalam
situasi pendidikan. Maka jelaslah bahwa Islam memandang hubungan
guru dan murid sangat dekat, mereka
berdua harus saling “take and give” dalam rangka untuk mencapai tujuan
pembelajaran bersama.
Guru itu digugu dan ditiru. Sudah sepatutnya segala perbuatannya menjadi
teladan yang baik dan benar bagi murid – muridnya. Tidak hanya untuk menjadi
seorang inspirator bagi murid muridnya. Terkadang lebih mudah menjadi murid
dibandingkan menjadi guru. Namun semua orang
bisa menjadi guru, termasuk menjadi guru kehidupan. Karena ilmu disekolah
memang penting tetapi ilmu kehidupan jauh lebih penting. Menjadi guru dan murid
memiliki modal yang sama yaitu mau belajar
(pembelajar).
Ada pepatah mengatakan “ Orang bodoh adalah mereka yang berhenti belajar
dan merasa paling pintar hingga berhenti belajar “. Sehebat – hebatnya guru
tidak seharusnya dia berhenti belajar dan menganggap kemampuan muridnya selalu
dibawah mereka. Karena ketika kemampuan murid – muridnya sudah melebihi kemampuan
guru tersebut, saat itulah keberhasilan guru di ukur. Singkatnya, menjadi juara
memang membanggakan, tetapi menghasilkan juara juara JAUH LEBIH MEMBANGGAKAN.
Saat kemampuan yang kita miliki melebihi kemampuan yang orang lain miliki,
bukan berarti harus berhenti belajar atau malah menyombongkan kemampuan kita.
Karena jika itu terjadi, kita akan mudah merasa gengsi ketika orang lain
mengalahkan kemampuan kita. Jika seorang guru mempunyai sifat gengsi, sombong
dan meremehkan muridnya maka murid manapun tidak akan menaruh respect pada guru
tersebut.
Janganlah kita berhenti menjadi pembelajar dan jangan pernah malu untuk
berguru. Bergurulah kepada yang berilmu jangan pada mereka yang populer namun
tak berilmu. Bagaimana cara kita menjadi pembelajar ? Anggaplah setiap orang
yang bertemu dengan kita itu guru. Karena dia pasti memiliki kemampuan yang
belum bahkan tidak kita miliki. Seperti kata pepatah “Manusia sederhana selalu
bersikap sejago apapun mereka, orang yang mereka temui adalah guru. Karena ada
pembelajaran yang bisa diambil dari orang yang dia temui”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar